RAMADHAN 2024: Vibes-nya Tidak Terasa



Ramadhan adalah sebuah bulan yang sangat spesial, dimana bulan tersebut identik dengan puasa. Puasa atau bahasa lainnya adalah shaum, merupakan suatu kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim setiap tahunnya. Pada bulan ini, semua umat islam berbondong-bondong untuk menggapai ridho-Nya Allah SWT dengan menjalankan segala bentuk amal ibadah, yang kita telah tahu bahwa setiap perbuatan baik apapun yang dilakukan di bulan ini pahalanya akan dilipatgandakan oleh-Nya.


Tapi, apakah kita pernah berfikir, ramadhan setiap tahunnya berbeda? Semakin bertambahnya usia kita semakin terlihat pula perbedaannya. Apakah itu semakin baik puasanya atau malah sebaliknya. Faktanya, kesucian bulan suci ramadhan seringkali ternodai oleh fenomena-fenomena yang dirusak oleh umat islam itu sendiri dan perbedaan itu sudah nyata terasa.


Pernahkah kita sejenak berfikir, kok ramadhan tahun ini begini? Kok ramadhan tahun lalu begitu? Ya, solusinya adalah coba lagi Tanya hati kita. Pada dasarnya tidak ada Ramadhan yang berbeda dari waktu ke waktu, Jumlah hari, Sholat Tarawih, puasa, Nuzuluh Qur’an, Malam lailatul Qodar, zakat fitrah, bahkan Hari Raya Idul fitri tetap sama. Tetapi kok apa yang membuatnya menjadi berbeda? Ya benar, itu adalah iman dan hati kita.


Iman adalah segala sesuatu tentang keyakinan dan hati difungsikan untuk meyakinkan keimanan. Jika hati dan iman tidak sinkron, otomatis akan terjadi perdebatan dalam pikiran dan perbuatan. Suasana, lingkungan bahkan kondisi mental pun dapat menjadi penggerus nilai kehusyukan dalam menjalani ibadah puasa.


Fakta di atas juga didukung pula dengan fenomena-fenomena belakangan ini. Sebagai salah satu contoh, kematangan usia juga menjadi salah satu faktor penentu kematangan iman dan cara berfikir seseorang. Biasanya, pada usia masih kanak-kanak, bulan puasa terasa sangat menyenangkan dan menggembirakan dengan penantian lebaran dan suasana idul fitri yang meriah. Ketika seseorang itu beranjak remaja, bulan puasa menjadi sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, seringkali hal tersebut disebabkan oleh rutinitas dan aktivitas yang padat. Dan yang terakhir, ketika seseorang itu beranjak dewasa, bulan puasa menjadi terasa biasa saja, seringkali itu karena ada rasa kesombongan dalam diri yang menganggap bahwa melalui akal, logika dan nalarnya sudah sangat paham betul akan makna kehidupan yang seringkali menjadi takabur dan malah menyepelekan.


Sehingga, dengan adanya fenomena-fenomena diatas, masih cukup pantaskah kita disebut sudah sangat paham betul akan arti Ramadhan? Jawabannya, kembali tanyakan lagi pada iman dan hati kita. 

.

.

.

Syintia Nurfitria, S.Hum., M.Sos., (Bidang Kajian Teknologi, Pustaka dan Informasi)***.

0 Comments:

Posting Komentar